Pada pertemuan sebelumnya telah disampaikan beberapa arahan global untuk membantu orang tua melakukan edukasi yang benar kepada anak tentang masalah pendidikan seksual. Berikut kelanjutannya:
Keenam: Jelaskan hakikat mahram
Di antara pelajaran yang perlu disampaikan kepada anak adalah tentang hakikat mahram. Mahram adalah kerabat yang haram dinikahi selamanya. Contohnya adalah:
- Ayah kandung, kakek kandung dan seterusnya ke atas.
- Bapak kandung suami (mertua), kakek kandung suami dan seterusnya ke atas.
- Anak kandung sendiri, anak kandung suami dan seterusnya ke bawah.
- Saudara kandung laki-laki, seayah atau seibu, anak-anak mereka dan seterusnya ke bawah.
- Anak saudara lelaki (keponakan) dan seterusnya ke bawah. Baik anak saudara kandung, seayah atau seibu.
- Anak saudara perempuan kandung, seayah atau seibu.
Jelaskan dan perkenalkanlah kepada putra-putri kita siapa saja yang menjadi mahram mereka. Terangkan pula hukum-hukum yang berkaitan dengan mahram. Misalnya larangan berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan tanpa didampingi mahramnya. Juga larangan bepergian jauh bagi kaum wanita tanda ditemani mahramnya. Dalam hadits sahih dijelaskan,
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، أَنَّهُ: سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: “لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ، وَلاَ تُسَافِرَنَّ امْرَأَةٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ“.
Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak boleh seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang wanita. Dan tidak boleh pula seorang wanita bepergian jauh, kecuali disertai mahramnya”. HR. Bukhari dan Muslim.
Hendaklah sejak kecil ditanamkan dalam diri anak urgensi masalah ini. Juga bahaya besar yang timbul akibat mengabaikannya. Budaya pacaran yang merebak di kalangan muda-mudi, adalah salah satu akibat dari mengabaikan pendidikan tentang mahram sejak dini.
Terangkan juga kepada mereka tentang bahaya zina yang mengepung kita dari berbagai penjuru. Sampaikan kepada mereka sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
“إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا، أَدْرَكَ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ، فَزِنَا العَيْنِ النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ المَنْطِقُ، وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي، وَالفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ كُلَّهُ وَيُكَذِّبُهُ“
“Allah telah menakdirkan bagi setiap manusia bagian dari zina yang tidak bisa ia hindari. Zinanya mata adalah melihat (hal yang haram). Zinanya lisan adalah berbicara (yang haram). Hati berangan-angan dan tertarik. Lalu kemaluanlah yang akan menjalankan zina tersebut atau tidak”. HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Dalam riwayat lain disebutkan, “Zinanya tangan adalah memegang (hal yang haram). Zinanya kaki adalah melangkah (menuju tempat terlarang)”. HR. Abu Dawud dan dinilai hasan oleh al-Albaniy.
Sedangkan berdua-duaan antara lelaki dan perempuan tanpa didampingi mahram, adalah salah satu sarana terjadinya kejahatan zina.
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 3 Shafar 1439 / 23 Oktober 2017